Kak,maaf,
Karena Permata itu tak lagi
berkilau..
Permata itu tergores sisi kanan dan
kirinya..
Dan yang paling membuatku menyesal
adalah permata itu tlah menggores
hati yang sempurna
kak,terimakasih,
karena kau sudah hadir dalam
kehidupanku dan,
maaf,
karena aku hadir untuk meninggalkan luka untukmu
_surat dari khaira untuk kamil
***
“aya!”
Seorang gadis dengan jilbab kuning
yang melingkari wajah manisnya itu tersenyum lebar,ia membenarkan posisi dua
tas kertas besar berwarna coklat diantara kedua lengannya sambil berlari kecil
berusaha menjejeri langkah seorang gadis dengan jilbab biru bermotif kupu-kupu
yang terlihat sibuk dengan dua tas besar lainnya.
“aisha,khaira cantik bukan aya”
“iya,kan aisha shufya,jadinya
‘aya’,nggak boleh ya?”
“nanti jadi nggak ada artinya”
“nggak papa, anggep aja panggilan
sayang dari aku, okay?”
Gadis yang dipanggil ‘aya’ itu
menyipitkan matanya, menggoda sahabat yang kini sudah berada disampingnya,
aisha dan khaira sudah bersahabat sejak hari pertama masuk perkuliahan, tepatnya
saat masa orientasi mereka juga menempati satu kamar mahasiswa berdua.
“kemarin panggilan sayangnya ‘ai’,
setelah itu ‘aisyah’ biar mirip ‘siti aisyah’[1],sekarang
‘aya’,besoknya ‘shu’ setelah itu ‘fya’ gitu?”
Khaira tertawa.
“shu, kayaknya boleh juga”
“khaira!”
Satu lagi mereka juga sering
menghabiskan pekan untuk menonton drama-drama korea dan menangis bersama jika
ada cerita yang terlalu melakonis.
Koridor kamar mereka sudah
kelihatan, mereka hanya perlu belok kiri pada koridor selanjutnya, tinggal
beberapa langkah lagi untuk tiba dikoridor pertama, tiba-tiba langkah mereka
terhenti ketika terdengar suara seseorang yang sangat ingin aisha dan khaira
dengar menembus gendang telinga mereka.
“aisha”
Kamil. Seorang pemuda yang berhasil
menempati sebagian hati kecil aisha dan khaira, walaupun aisha dan khaira
saling mengetahui tentang perasaan
mereka berdua untuk kamil, tapi mereka tidak pernah mempermasalahkannya,
karena dari drama-drama yang mereka tonton, kamil mungkin saja memang
dilahirkan untuk menerima cinta dari semua orang. kamil pemuda yang tampan,
pintar, mudah tersenyum dan yang membuat kamil terlihat berbeda adalah karena
rambut-rambut kecil yang berjejer rapi menghiasi dagunya.
“prince kita dateng ,ya,tapi
tadi Cuma nama kamu yang dipanggil,aku duluan aja ya..”
“nggak mau sekalian bawain
barangku?”
“oia, sini aku bawain” khaira
mengambil alih barang-barang bawaan aisha, aisha menarik cepat.
“becanda,ra,nggak usah kemana-mana
disini aja” aisha melototi khaira dengan tajam. Khaira memberi kode kepada
aisha untuk membalikkan badannya karena kamil sudah berdiri tepat dihadapan
mereka.
“kak kamil”
“asslamu’alaikum, aisha, khaira”
“waalaikum salam kak”
“ini ada undangan untuk kalian berdua,
halaqah sama ustadz Huda”
Aisha menerima surat undangan dari
Kamil. Hening beberapa saat.
“ada lagi kak?” khaira menambahi.
“sebenarnya saya ada perlu sama
aisha, tapi kalau tidak keberatan saya ingin berbicara sama aisya berdua,
sebentar saja..apakah tidak apa-apa khaira?”
“wahh,,kan bener apa kata aku tadi,
seharusnya dari awal aku emang nggak disini,,”aisya menyikut lengan khaira.
“ra..”
“eh,iya kak nggak papa,silahkan
aja,tadi sebenernya saya juga mau langsung kekamar,tapi..”
“langsung saja sekarang disini
kak,bisa?”
“apaan sih ya,kamu juga
seneng kan? Anggep aja ini kesempatan dari Allah”ucapnya berbisik, tersenyum
jahil. kemudian,
“saya permisi dulu
kak,assalamualaikum”
“Ra,khaira”
***
Aisha bingung,
karena ia tahu khaira juga mencintai kamil, mereka bahkan berjanji, nanti
ketika kamil menikah mereka akan sama-sama menguntit wanita yang menjadi istri
kamil.
“aisha, maaf kalo kamu nggak
keberatan, saya ingin mengkhitbah...”
Khitbah?apakah aisha tidak salah dengar,mungkin ini efek dari drama-drama yang
sering ditontonnya, ia bingung haruskah ia merasa senang atau merasa tidak
nyaman, apa yang nanti akan ia katakan pada khaira, khaira pasti akan
menyerbunya dengan banyak pertanyaan setelah ini,khitbah?
“kamu teman dekatnya khaira kan?”
khaira
“eh,iya kak”
Apakah aku terlalu cepat merasa
senang?
“saya ingin minta bantuan kamu
sha,mudah-mudahan niat saya bisa disambut baik,saat ini saya akan memberi tahu
khaira dulu,setelah khaira setuju saya akan menemui keluarga khaira,nantinya”
Lutut aisha melemas, kamil ingin
mengkhitbah khaira, bukan dirinya, padahal kamil selalu mendahulukannya sebelum
teman-teman wanita diangkatannya, Kamil juga selalu meminta bantuan kepadanya
dari pada mbak luthfi,wanita cantik dengan sifat keibuan yang juga selalu
mendapatkan IPK[4]
tertinggi diangkatannya,bukankah itu semua menunjukkan bahwa kamil memberikan
perhatian lebih kepadanya,bukankah seperti itu? yah, bukan ini yang ia inginkan, seharusnya...astaghfirullahal’azim,tidak
seharusnya ia berpikiran seperti itu,ia seharusnya senang, telah datang seorang
pria dengan niat baik yang akan melamar sahabatnya,sudah seharusnya ia bersikap
seperti itu.
“aisha?”
“i..iya kak”
“kamu bisa bantu saya kan?”
“iya kak tentu saja setelah ini akan
saya sampaikan, mudah-mudahan Allah memudahkan niat suci ini”.
“syukran jazilan sha, saya tadi
bingung sekali..apalagi..”
“tidak apa-apa kak, ini niat baik,
tentu saja saya akan membantu,semampu saya”.aisha tersenyum.
“iya,doanya ya sha,saya permisi
dulu, sekali lagi terima kasih”
Kamil pergi
meninggalkan aisha, Aisha mengangguk,ia bahkan tidak sadar kapan kamil
membalikkan badannya,dadanya tiba-tiba terasa sesak,tapi ia bukan tipikal
wanita yang mudah sakit hati, seseorang
yang ia kagumi melamar seseorang yang ia sayangi,bukankah ini sebuah
kabar gembira?ia akan memberi tahu khaira seperti layaknya seorang sahabat
sejati.
Saat aisha tiba
dikamar,khaira senyum-senyum.menggoda aisha,aisha tersenyum lebar sambil
memeluk sahabatnya.
“cup..cup..cup..anak mama,seneng
banget ya”
khaira berkata sambil menepuk punggung
aisha .pelan.
“iya,aku seneng banget,selamat ya
ra, kak kamil dateng untuk mengkhitbah kamu”
Tepukan dipunggungnya berhenti.aisha
melepas pelukannya.
“selamat ya, sahabat cantikku,”
Khaira kebingungan.alisnya berkerut
samar.
“kamu bercanda ai?”
“billah[5],ra,ini
berita bagus untuk kita”
“kamu ...”
“baik-baik saja ‘permata kebaikanku[6]”
aisha mengangguk yakin.
“nggak ai,aku nggak bisa,aku tahu
banget perasaan kamu.perasaan kita.aku nggak mau gara-gara ini hubungan kita
jadi nggak akan terbuka seperti dulu”
“nggak akan ra,jangan lebay deh,
jangan buat cerita kita seperti cerita-cerita fiksi lainnya. inilah yang
dinamakan jodoh, kita nggak bisa nebak dipelabuhan mana arus akan membawa
perahu cinta kita.aku mungkin cinta sama kak kamil, kamu juga, tapi kita nggak
boleh lupa kak kamil juga punya hak untuk mencintai dan memilih dengan siapa ia
akan membagi cintanya, dan ternyata kak kamil milih kamu, lagi pula aku juga
dapet keuntungan kok,setidaknya aku nggak kesulitan untuk nguntit istrinya kak
kamil”
Khaira menatap
aisha. bimbang. ia mencari kebenaran dari mata aisha, aisha melebarkan matanya.
tersenyum jahil.
“udah keliatan?”ucapnya sambil
melebarkan matanya dan menggerakkan matanya kekanan dan kekiri.
Khaira menghembuskan napas, mereka
berpelukan,kemudian tertawa tetapi juga menangis.
Besok
aisha akan langsing menyampaikan berita penerimaan khaira kepada kamil.
***
Hari-hari mereka berjalan seperti
biasanya, yang berbeda hanyalah lemari penyimpanan makanan aisha dan khira yang
tidak pernah kosong, khaira dan kamil sepakat untuk tidak bertemu kecuali
kebetulan, sampai hari dimana kamil memintanya. kepada walinya. yah, hari itu,
hari ketika semuanya bermulai.
aisha membantu
sahabatnya memilih pakaian terbaik, rencananya khaira dan aisha akan pergi
lebih dulu, kamil bersama furqon –sahabat kamil, menyusul kemudian.
Drrtt..drttt...
Khaira merasakan getaran disaku
kanannya,ponselnya berbunyi.
“ya, tolong rapiin dulu ya, papa telfon, setelah ini aku bantu”
“buruan diangkat ra”
khaira mengangkat kedua tangannya, melipatnya
90o , lalu menyatukan kedua tangannya persis berada diatas
kepalanya. membuat tanda hati. kemudian dengan gerakan bibirnya, ia berkata
lirih.
Aisha mengulangi gerakan khaira.
***
Khaira
terheran-heran melihat rumahnya begitu ramai, ada beberapa mobil mewah
terparkir dihalaman rumahnya, ayahnya memang berjanji akan mengadakan acara
yang meriah nantinya, kedua orang tuanya pasti sangat bahagia sekarang, khaira
mengajak aisha untuk masuk, ibu khaira bahkan langsung memeluknya lama sekali,
seakan-akan itu adalah pelukan terakhirnya, semuanya berjalan baik-baik saja
hingga ketika ayah khaira muncul dengan senyum gagah dibibirnya, tapi bukan itu
yang membuat khaira dan aisha tertegun, seorang pria bersetelan jas mahal
dengan wajah yang tidak asing berjalan disamping ayahnya.
“Ryan?”khaira mengingat ulang
memorinya, yah, benar pria dihadapannya adalah Ryan, sahabat dan tetangga yang
sudah lama ingin ia temui.
“hai, ra..” ryan tersenyum.
“hai, kamu dateng juga?”.
ayah khaira tertawa keras, perut dan
kumisnya sampai ikut bergoncang.
“kenalin ra, calon penerus papa,
Ryan kamil mangkubumi, suamimu”
Khaira terkejut. bukankah ayahnya
mengatakan ditelepon dengan jelas bahwa pria yang akan meminangnya adalah
kamil,
“papa serius? Ryan? bukannya kak
kamil”
ayah khaira tertawa lebih keras,
aisha bingung apa yang sebenarnya terjadi
“papa Cuma mau ngerjain kamu, papa
ganti nama ryan jadi kamil, eh kamunya malah langsung setuju saja. hahahaha.”
Allahuakbar, khaira terduduk,
kakinya lemas seolah beban berton-ton menimpa tubuhnya. aisha yang sudah
memahami apa yang terjadi kehilangan kata-kata ketika melihat khaira ambruk
disebelahnya.
“pa..seharusnya papa nggak bercanda
tentang pernikahan, ada kamil lain diluar sana pa, orang yang sekarang sedang
ra tunggu kedatanganya. kak kamil. Qalbu dzulkamil”
Ayah khaira tidak tertawa lagi.
ekspresi wajahnya berubah. semua orang yang ada dalam ruangan itu terdiam.
kemudian dengan insting seorang ibu, ibu membimbing khaira masuk kekamarnya.
***
“apa yang harus aku katakan kepada
kak kamil,ai..”
Aisha masuk ke kamar khaira atas
permintaan ibu khaira, khaira menceritakan semuanya, kisah tentang rahasia
takdir tuhan, dimana manusia benar-benar hanya mampu untuk merencanakan,dan
Allahlah yang menentukan akhirnya,seperti sutradara yang menentukan awal dan
akhir sebuah cerita.
pernikahan
khaira dan Ryan sudah sah. ayahnya sudah menerima akad dari ryan beberapa menit
yang lalu, ryan tidak bisa menunggu khaira, karena ia harus kembali ke
greenwich, London. untuk melaksanakan tugas dari perushaan ayah khaira, ayah
khaira setuju saja karena saat itu keempat saksi serta syarat-syarat dalam
pernikahan sudah terpenuhi, hanya khaira yang tidak ada didalam ruangan tetapi
ayahnya berpikir bahwa pernikahan itu akan tetap sah kerena khaira sudah setuju
sejak awal.
“istighfar ra,,” aisha tidak tahu
apa kata lain yang lebih pantas untuk menenangkan khaira, ia hanya memeluknya
erat dengan membisikkan kalimat-kalimat dzikir untuk mengingatkannya bahwa
Allah ada bersama mereka.
“aku nggak bisa nyakitin hati kak
kamil, ai,tapi juga nggak akan pernah bisa nyakitin hati mama sama papa,
kak kamil terlalu baik, ai..” aisha mengenal khaira lebih dari ia
mengenal dirinya sendiri, khaira tidak akan mendengarkan orang lain, jika ia
sudah membuat keputusan.
“terus kamu maunya seperti apa, ra?”
***
Aisha duduk
bersama kamil dan furqon disalah satu foodcourt disekitar rumah khaira, tidak
satupun dari mereka yang memulai pembicaraan, mereka sibuk dengan pikiran
mereka sendiri.
kamil tersenyum
kecil, ada guratan kecewa diwajahnya, ia melipat kertas kecil yang disobek asal
kedalam saku kemeja putihnya,mungkin ia terlalu lama mengulur waktu, seandainya
ia lebih berani, seandainya ia memiliki sedikit lagi saja ‘keberanian’ untuk
mendatangi keluarga khaira,seandainya, seandainya,,,ia mengadahkan
kepalanya melihat langit dan awan yang terlihat indah seperti menyatu padahal
terpisah, seolah-olah mengejeknya.
Furqon juga
mengangkat kepalanya, melihat langit yang begitu tinggi, begitu luas. Ia
menerka seberapa dekat jarak yang dibutuhkan Allah untuk mengetahui semua hajat
hambanya, hingga mengatur sedemikian rupa kisah sahabatnya.
Kedua orang tua
khaira menangis melihat putri semata wayang mereka pergi mengudara, mengeluhkan
kesalahan yang sudah mereka perbuat kepada masa depannya. Mereka menyesal
karena tidak pernah mendengarkan hati permata kecil mereka, seandainya
mereka tidak menganggap khaira adalah permata kecil milik mereka sendiri,
mereka seharusnya membiarkan permata itu berkilau dengan cahayanya sendiri.
mendengarkan khaira.
Aisha
mengedarkan pandangan, menatap langit yang
begitu biru, ah, sudah berapa tinggi sahabatnya terbang, meninggalkannya
dengan perpisahan yang tidak direncanakan pula, seandainya ia bisa membuat
khaira tetap berada didekatnya, meyakinkan khaira,ah,tapi ia sendiri bahkan
tidak yakin dengan apa yang tejadi. aisha merogoh saku mantel hangatnya,
mengambil mp3, memasang headset, kemudian menekan tombol play.
Disaat yang
sama Khaira menggenggam kedua tangannya yang sejak tadi berkeringat, apakah
keputusannya tepat? Sudah berapa kakikah jarak antara ia dan orang-orang yang
dicintainya?
Ryan melihat
tangan khaira yang bergegar, khaira terus memainkan jari-jemarinya yang
panjang, Ryan mengulurkan tangannya menawarkan kehangatan, ia bersyukur khaira
memilihnya, sebelumnya ia sudah memberikan pilihan kepada khaira, jika saja
khaira ingin mengakhiri pernikahan yang bahkan belum mereka mulai. khaira
melepaskan genggamannya, tersenyum kecil untuk ryan, meminta pengertiannya.
Ryan mengangguk. khaira beralih pada mp3 ditasnya, memasang headset,lalu
menekan tobol play.
Dibelahan bumi
yang berbeda aisha dan khaira memutar kembali memori mereka, rekaman suara
aisha ketika membangunkan khaira dipagi hari, nyanyian sumbang mereka berdua,
dan kenangan lain yang sukses membuat mereka mengeluarkan air mata. dua wanita
itu menangis. berharap takdir mau mengalah untuk memberikan kesempatan bagi semua
orang dalam menentukan akhir ceritanya, kesempatan untuk menghapus kata
‘seandainya’ dari kamus dunia. Seandainya.satu kata yang selalu
memberikan harapan indah padahal nyata
akan ketidakpastiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar