Senin, 17 Oktober 2016

Karya Ifa, Sebuah nama sebuah cerita

Kak,maaf,
Karena Permata itu tak lagi berkilau..
Permata itu tergores sisi kanan dan kirinya..
Dan yang paling membuatku menyesal
adalah permata itu tlah menggores hati yang sempurna
kak,terimakasih,
karena kau sudah hadir dalam kehidupanku dan,
maaf,
karena aku hadir untuk  meninggalkan luka untukmu
_surat dari khaira untuk kamil
***
 “aya!”
Seorang gadis dengan jilbab kuning yang melingkari wajah manisnya itu tersenyum lebar,ia membenarkan posisi dua tas kertas besar berwarna coklat diantara kedua lengannya sambil berlari kecil berusaha menjejeri langkah seorang gadis dengan jilbab biru bermotif kupu-kupu yang terlihat sibuk dengan dua tas besar lainnya.
“aisha,khaira cantik bukan aya”
“iya,kan aisha shufya,jadinya ‘aya’,nggak boleh ya?”
“nanti jadi nggak ada artinya”
“nggak papa, anggep aja panggilan sayang dari aku, okay?”
Gadis yang dipanggil ‘aya’ itu menyipitkan matanya, menggoda sahabat yang kini sudah berada disampingnya, aisha dan khaira sudah bersahabat sejak hari pertama masuk perkuliahan, tepatnya saat masa orientasi mereka juga menempati satu kamar mahasiswa berdua.
“kemarin panggilan sayangnya ‘ai’, setelah itu ‘aisyah’ biar mirip ‘siti aisyah’[1],sekarang ‘aya’,besoknya ‘shu’ setelah itu ‘fya’ gitu?”
Khaira tertawa.
shu, kayaknya boleh juga”
“khaira!”
“nggak kok, nope ! cholte[2](철태)”
Satu lagi mereka juga sering menghabiskan pekan untuk menonton drama-drama korea dan menangis bersama jika ada cerita yang terlalu melakonis.
“arasso[3](아랏서)”
Koridor kamar mereka sudah kelihatan, mereka hanya perlu belok kiri pada koridor selanjutnya, tinggal beberapa langkah lagi untuk tiba dikoridor pertama, tiba-tiba langkah mereka terhenti ketika terdengar suara seseorang yang sangat ingin aisha dan khaira dengar menembus gendang telinga mereka.
“aisha”
Kamil. Seorang pemuda yang berhasil menempati sebagian hati kecil aisha dan khaira, walaupun aisha dan khaira saling mengetahui tentang perasaan  mereka berdua untuk kamil, tapi mereka tidak pernah mempermasalahkannya, karena dari drama-drama yang mereka tonton, kamil mungkin saja memang dilahirkan untuk menerima cinta dari semua orang. kamil pemuda yang tampan, pintar, mudah tersenyum dan yang membuat kamil terlihat berbeda adalah karena rambut-rambut kecil yang berjejer rapi menghiasi dagunya.
“prince kita dateng ,ya,tapi tadi Cuma nama kamu yang dipanggil,aku duluan aja ya..”
“nggak mau sekalian bawain barangku?”
“oia, sini aku bawain” khaira mengambil alih barang-barang bawaan aisha, aisha menarik cepat.
“becanda,ra,nggak usah kemana-mana disini aja” aisha melototi khaira dengan tajam. Khaira memberi kode kepada aisha untuk membalikkan badannya karena kamil sudah berdiri tepat dihadapan mereka.
“kak kamil”
“asslamu’alaikum, aisha, khaira”
“waalaikum salam kak”
“ini ada undangan untuk kalian berdua, halaqah sama ustadz Huda”
Aisha menerima surat undangan dari Kamil. Hening beberapa saat.
“ada lagi kak?” khaira menambahi.
“sebenarnya saya ada perlu sama aisha, tapi kalau tidak keberatan saya ingin berbicara sama aisya berdua, sebentar saja..apakah tidak apa-apa khaira?”
“wahh,,kan bener apa kata aku tadi, seharusnya dari awal aku emang nggak disini,,”aisya menyikut lengan khaira.
“ra..”
“eh,iya kak nggak papa,silahkan aja,tadi sebenernya saya juga mau langsung kekamar,tapi..”
“langsung saja sekarang disini kak,bisa?”
“apaan sih ya,kamu juga seneng kan? Anggep aja ini kesempatan dari Allah”ucapnya berbisik, tersenyum jahil. kemudian,
“saya permisi dulu kak,assalamualaikum”
“Ra,khaira”
***
Aisha bingung, karena ia tahu khaira juga mencintai kamil, mereka bahkan berjanji, nanti ketika kamil menikah mereka akan sama-sama menguntit wanita yang menjadi istri kamil.
“aisha, maaf kalo kamu nggak keberatan, saya ingin mengkhitbah...”
Khitbah?apakah aisha tidak salah dengar,mungkin ini efek dari drama-drama yang sering ditontonnya, ia bingung haruskah ia merasa senang atau merasa tidak nyaman, apa yang nanti akan ia katakan pada khaira, khaira pasti akan menyerbunya dengan banyak pertanyaan setelah ini,khitbah?
“kamu teman dekatnya khaira kan?”
khaira
“eh,iya kak”
Apakah aku terlalu cepat merasa senang?
“saya ingin minta bantuan kamu sha,mudah-mudahan niat saya bisa disambut baik,saat ini saya akan memberi tahu khaira dulu,setelah khaira setuju saya akan menemui keluarga khaira,nantinya
Lutut aisha melemas, kamil ingin mengkhitbah khaira, bukan dirinya, padahal kamil selalu mendahulukannya sebelum teman-teman wanita diangkatannya, Kamil juga selalu meminta bantuan kepadanya dari pada mbak luthfi,wanita cantik dengan sifat keibuan yang juga selalu mendapatkan IPK[4] tertinggi diangkatannya,bukankah itu semua menunjukkan bahwa kamil memberikan perhatian lebih kepadanya,bukankah seperti itu? yah, bukan  ini yang ia inginkan, seharusnya...astaghfirullahal’azim,tidak seharusnya ia berpikiran seperti itu,ia seharusnya senang, telah datang seorang pria dengan niat baik yang akan melamar sahabatnya,sudah seharusnya ia bersikap seperti itu.
“aisha?”
“i..iya kak”
“kamu bisa bantu saya kan?”
“iya kak tentu saja setelah ini akan saya sampaikan, mudah-mudahan Allah memudahkan niat suci ini”.
“syukran jazilan sha, saya tadi bingung sekali..apalagi..”
“tidak apa-apa kak, ini niat baik, tentu saja saya akan membantu,semampu saya”.aisha tersenyum.
“iya,doanya ya sha,saya permisi dulu, sekali lagi terima kasih”
Kamil pergi meninggalkan aisha, Aisha mengangguk,ia bahkan tidak sadar kapan kamil membalikkan badannya,dadanya tiba-tiba terasa sesak,tapi ia bukan tipikal wanita yang mudah sakit hati, seseorang  yang ia kagumi melamar seseorang yang ia sayangi,bukankah ini sebuah kabar gembira?ia akan memberi tahu khaira seperti layaknya seorang sahabat sejati.
Saat aisha tiba dikamar,khaira senyum-senyum.menggoda aisha,aisha tersenyum lebar sambil memeluk sahabatnya.
“cup..cup..cup..anak mama,seneng banget ya”
khaira berkata sambil menepuk punggung aisha .pelan.
“iya,aku seneng banget,selamat ya ra, kak kamil dateng untuk mengkhitbah kamu”
Tepukan dipunggungnya berhenti.aisha melepas pelukannya.
“selamat ya, sahabat cantikku,”
Khaira kebingungan.alisnya berkerut samar.
“kamu bercanda ai?”
“billah[5],ra,ini berita bagus untuk kita”
“kamu ...”
“baik-baik saja ‘permata kebaikanku[6]” aisha mengangguk yakin.
“nggak ai,aku nggak bisa,aku tahu banget perasaan kamu.perasaan kita.aku nggak mau gara-gara ini hubungan kita jadi nggak akan terbuka seperti dulu”
“nggak akan ra,jangan lebay deh, jangan buat cerita kita seperti cerita-cerita fiksi lainnya. inilah yang dinamakan jodoh, kita nggak bisa nebak dipelabuhan mana arus akan membawa perahu cinta kita.aku mungkin cinta sama kak kamil, kamu juga, tapi kita nggak boleh lupa kak kamil juga punya hak untuk mencintai dan memilih dengan siapa ia akan membagi cintanya, dan ternyata kak kamil milih kamu, lagi pula aku juga dapet keuntungan kok,setidaknya aku nggak kesulitan untuk nguntit istrinya kak kamil”
Khaira menatap aisha. bimbang. ia mencari kebenaran dari mata aisha, aisha melebarkan matanya. tersenyum jahil.
“udah keliatan?”ucapnya sambil melebarkan matanya dan menggerakkan matanya kekanan dan kekiri.
Khaira menghembuskan napas, mereka berpelukan,kemudian tertawa tetapi juga menangis.
Besok aisha akan langsing menyampaikan berita penerimaan khaira kepada kamil.
***
Hari-hari mereka berjalan seperti biasanya, yang berbeda hanyalah lemari penyimpanan makanan aisha dan khira yang tidak pernah kosong, khaira dan kamil sepakat untuk tidak bertemu kecuali kebetulan, sampai hari dimana kamil memintanya. kepada walinya. yah, hari itu, hari ketika semuanya bermulai.
aisha membantu sahabatnya memilih pakaian terbaik, rencananya khaira dan aisha akan pergi lebih dulu, kamil bersama furqon –sahabat kamil, menyusul kemudian.
Drrtt..drttt...
Khaira merasakan getaran disaku kanannya,ponselnya berbunyi.
“ya, tolong rapiin dulu ya, papa telfon, setelah ini aku bantu”
“buruan diangkat ra”
khaira mengangkat kedua tangannya, melipatnya 90o , lalu menyatukan kedua tangannya persis berada diatas kepalanya. membuat tanda hati. kemudian dengan gerakan bibirnya, ia berkata lirih.
“sarange[7](사랑해)”
“nado[8](나도)”
Aisha mengulangi gerakan khaira.
***
Khaira terheran-heran melihat rumahnya begitu ramai, ada beberapa mobil mewah terparkir dihalaman rumahnya, ayahnya memang berjanji akan mengadakan acara yang meriah nantinya, kedua orang tuanya pasti sangat bahagia sekarang, khaira mengajak aisha untuk masuk, ibu khaira bahkan langsung memeluknya lama sekali, seakan-akan itu adalah pelukan terakhirnya, semuanya berjalan baik-baik saja hingga ketika ayah khaira muncul dengan senyum gagah dibibirnya, tapi bukan itu yang membuat khaira dan aisha tertegun, seorang pria bersetelan jas mahal dengan wajah yang tidak asing berjalan disamping ayahnya.
“Ryan?”khaira mengingat ulang memorinya, yah, benar pria dihadapannya adalah Ryan, sahabat dan tetangga yang sudah lama ingin ia temui.
“hai, ra..” ryan tersenyum.
“hai, kamu dateng juga?”.
ayah khaira tertawa keras, perut dan kumisnya sampai ikut bergoncang.
“kenalin ra, calon penerus papa, Ryan kamil mangkubumi, suamimu”
Khaira terkejut. bukankah ayahnya mengatakan ditelepon dengan jelas bahwa pria yang akan meminangnya adalah kamil,
“papa serius? Ryan? bukannya kak kamil”
ayah khaira tertawa lebih keras, aisha bingung apa yang sebenarnya terjadi
“papa Cuma mau ngerjain kamu, papa ganti nama ryan jadi kamil, eh kamunya malah langsung setuju saja. hahahaha.”
Allahuakbar, khaira terduduk, kakinya lemas seolah beban berton-ton menimpa tubuhnya. aisha yang sudah memahami apa yang terjadi kehilangan kata-kata ketika melihat khaira ambruk disebelahnya.
“pa..seharusnya papa nggak bercanda tentang pernikahan, ada kamil lain diluar sana pa, orang yang sekarang sedang ra tunggu kedatanganya. kak kamil. Qalbu dzulkamil”
Ayah khaira tidak tertawa lagi. ekspresi wajahnya berubah. semua orang yang ada dalam ruangan itu terdiam. kemudian dengan insting seorang ibu, ibu membimbing khaira masuk kekamarnya.
***
“apa yang harus aku katakan kepada kak kamil,ai..”
Aisha masuk ke kamar khaira atas permintaan ibu khaira, khaira menceritakan semuanya, kisah tentang rahasia takdir tuhan, dimana manusia benar-benar hanya mampu untuk merencanakan,dan Allahlah yang menentukan akhirnya,seperti sutradara yang menentukan awal dan akhir sebuah cerita.
pernikahan khaira dan Ryan sudah sah. ayahnya sudah menerima akad dari ryan beberapa menit yang lalu, ryan tidak bisa menunggu khaira, karena ia harus kembali ke greenwich, London. untuk melaksanakan tugas dari perushaan ayah khaira, ayah khaira setuju saja karena saat itu keempat saksi serta syarat-syarat dalam pernikahan sudah terpenuhi, hanya khaira yang tidak ada didalam ruangan tetapi ayahnya berpikir bahwa pernikahan itu akan tetap sah kerena khaira sudah setuju sejak awal.
“istighfar ra,,” aisha tidak tahu apa kata lain yang lebih pantas untuk menenangkan khaira, ia hanya memeluknya erat dengan membisikkan kalimat-kalimat dzikir untuk mengingatkannya bahwa Allah ada bersama mereka.
“aku nggak bisa nyakitin hati kak kamil, ai,tapi juga nggak akan pernah bisa nyakitin hati mama sama papa, kak kamil terlalu baik, ai..” aisha mengenal khaira lebih dari ia mengenal dirinya sendiri, khaira tidak akan mendengarkan orang lain, jika ia sudah membuat keputusan.
“terus kamu maunya seperti apa, ra?”
***
Aisha duduk bersama kamil dan furqon disalah satu foodcourt disekitar rumah khaira, tidak satupun dari mereka yang memulai pembicaraan, mereka sibuk dengan pikiran mereka sendiri.
kamil tersenyum kecil, ada guratan kecewa diwajahnya, ia melipat kertas kecil yang disobek asal kedalam saku kemeja putihnya,mungkin ia terlalu lama mengulur waktu, seandainya ia lebih berani, seandainya ia memiliki sedikit lagi saja ‘keberanian’ untuk mendatangi keluarga khaira,seandainya, seandainya,,,ia mengadahkan kepalanya melihat langit dan awan yang terlihat indah seperti menyatu padahal terpisah, seolah-olah mengejeknya.
Furqon juga mengangkat kepalanya, melihat langit yang begitu tinggi, begitu luas. Ia menerka seberapa dekat jarak yang dibutuhkan Allah untuk mengetahui semua hajat hambanya, hingga mengatur sedemikian rupa kisah sahabatnya.
Kedua orang tua khaira menangis melihat putri semata wayang mereka pergi mengudara, mengeluhkan kesalahan yang sudah mereka perbuat kepada masa depannya. Mereka menyesal karena tidak pernah mendengarkan hati permata kecil mereka, seandainya mereka tidak menganggap khaira adalah permata kecil milik mereka sendiri, mereka seharusnya membiarkan permata itu berkilau dengan cahayanya sendiri. mendengarkan khaira.
Aisha mengedarkan pandangan, menatap langit yang  begitu biru, ah, sudah berapa tinggi sahabatnya terbang, meninggalkannya dengan perpisahan yang tidak direncanakan pula, seandainya ia bisa membuat khaira tetap berada didekatnya, meyakinkan khaira,ah,tapi ia sendiri bahkan tidak yakin dengan apa yang tejadi. aisha merogoh saku mantel hangatnya, mengambil mp3, memasang headset, kemudian menekan tombol play.
Disaat yang sama Khaira menggenggam kedua tangannya yang sejak tadi berkeringat, apakah keputusannya tepat? Sudah berapa kakikah jarak antara ia dan orang-orang yang dicintainya?
Ryan melihat tangan khaira yang bergegar, khaira terus memainkan jari-jemarinya yang panjang, Ryan mengulurkan tangannya menawarkan kehangatan, ia bersyukur khaira memilihnya, sebelumnya ia sudah memberikan pilihan kepada khaira, jika saja khaira ingin mengakhiri pernikahan yang bahkan belum mereka mulai. khaira melepaskan genggamannya, tersenyum kecil untuk ryan, meminta pengertiannya. Ryan mengangguk. khaira beralih pada mp3 ditasnya, memasang headset,lalu menekan tobol play.
Dibelahan bumi yang berbeda aisha dan khaira memutar kembali memori mereka, rekaman suara aisha ketika membangunkan khaira dipagi hari, nyanyian sumbang mereka berdua, dan kenangan lain yang sukses membuat mereka mengeluarkan air mata. dua wanita itu menangis. berharap takdir mau mengalah untuk memberikan kesempatan bagi semua orang dalam menentukan akhir ceritanya, kesempatan untuk menghapus kata ‘seandainya’ dari kamus dunia. Seandainya.satu kata yang selalu memberikan harapan indah padahal  nyata akan ketidakpastiannya.




[1] Istri nabi Muhammad SAW
[2] Bahasa korea:nggak akan pernah
[3] Bahasa korea:Ok deh,aku tahu
[4] Indeks prestasi akademik,sama seperti nilai di rapor
[5] Demi Allah
[6] Arti nama khaira sekaligus panggilan udaranya ketika melakukan siaran
[7]Bahasa korea : I love u
[8] Bahasa korea : me too

Tidak ada komentar:

Posting Komentar